Suatu hari di sebuah rumah sakit di Bandung,pegawai di rumah sakit membeli sekantong kapur baru dan bersih di koperasi rumah sakit. Tapi sayang, karena kecerobohan si penjual, kantong kapur baru itu berlubang. Seharusnya, kapur yang berisi seratus buah menjadi Sembilan puluh sembilan buah. Ternyata ada sebuah kapur yang jatuh dan merggelinding ke tong sampah.
”Iiih! Tempat apa ini. Kotor, jelek,kumal. Seharusnya aku ada di rumah sakit keren, bersih, dan memukau,” ucap si kapur dengan sombong. Di tempat sampah itu, si kapur baru yang masih putih dan bersih ditakdirkan untuk belajar di dalam tong sampah yang dihuni juga oleh sebuah kapur kecil dan dekil.
” DIMANA AKU SEKARANG !” jerit kapur bersih itu.
”Kamu ada di tong sampah,” kata si kapur dekil.
”Mana mungkin! Aku kan baru. Aku kan masih bersih, indah, ramping…” dan seterusnya. Begitulah si kapur Panjang selalu menyombongkan diri.
“Pagi yang cerah” kata kapur kecil sambil tersenyum.
“Pagi yang sangat membosankan!” jawab kapur panjang dengan jengkel.
“Kamu berasal dari mana? ” tanya kapur panjang.
“Aku kapur dari rumah sakit ini, dan aku senang karena sebelum aku menjadi kecil dan dibuang, aku memberikan banyak manfaat bagi orang lain.”
“Maksudmu manfaat apa?” tanya kapur panjang.
“Walaupun aku tidak secantik kamu, aku membuat dokter-dokter disini pintar. Aku mengajar banyak ilmu juga rumus-rumus yang sulit. Berkat aku, professor bisa mengajarkan hal-hal penting dan bermanfaat. Jadi aku tak pernah menyesal berada di sini. ”
Hari demi hari, kapur panjang masih merasakan kesedihan yang meliputi dirinya. Dia masih sedih karena terbuang. Dan kapur pendek selalu menghiburnya dengan menceritakan masa lalunya. Awalnya kapur panjang tidak menggubrisnya. Tapi lama kelamaan kapur panjang tersentuh dengan ceritanya. Kapur panjang pun merenung sambil mendengarkan cerita kapur pendek. Akhirnya kapur panjang pun menyadari berbagai kesalahan yang diperbuatnya selama ini,yaitu terlalu sombong dan ingin selalu tinggal di tempat yang enak. Tapi ada yang membuat sedih kapur panjang sekarang, yaitu dia ingin menjadi kapur yang berguna seperti kapur kecil.
Esoknya seorang suster tua melihat ke tong sampah.
” Wah! Ini ada dua batang kapur, yang setu panjang dan satu pendek.Sayang sekali. Siapa yang membuang kapur ini? Masih bagus. Sebaiknya kuambil untuk mengajar anak-anak cacat,” kata perawat lalu mengambil dua batang kapur.
Dua kapur itu sangat senang. Mereka telah menjadi barang-barang yang berguna demi masa depan mereka yang membutuhkan Setelah sampai di yayasan anak cacat tersebut, mereka melihat banyak anak-anak yang menyandang kecacatan dan mereka yang ditinggali orang tuanya. Ada pula yang mengalami kebutaan, dan yang menyandang tuli. Kedua kapur itu sangat bahagia tinggal di panti karena bisa memberikan manfaat untuk anak-anak di panti.
Oleh : Theresna Zahra Sembiring
Kelas V SD Mutiara
Jln. Padang Golf No. 11
Arcamanik Bandung.
ULASAN:
THERESNA Zahra Sembiring menulis cerita pendek dengan tema sosial berjudul Cerita Panjang Dua Batang Kapur. Cerpen ini berisi sebuah dongeng yang mengisahkan 2 buah kapur tulis, kapur panjang dan kapur pendek, yang terbuang ke tempat sampah. Dengan gaya personifikasi (berperilaku manusia), cerpen ini terasa hidup dengan dialog-dialog yang bernilai kemanusiaan antara kapur panjang dan kapur pendek. Ada dua watak yang dikontraskan dalam kisah ini, yaitu kapur panjang yang sombong dan kapur pendek yang saleh. Kesombongan si kapur panjang akhirnya kalah oleh kesalehan si kapur pendek yang selalu melontarkan tentang kebermanfaatan dirinya dalam mencerdaskan manusia. Catatan buat Zahra, cerpenmu bagus sekali, teruskanlah bakat menulismu agar kelak kamu menjadi sastrawan yang andal. (Kak Etti RS)
Sumber : Pikiran Rakyat, 17 Maret 2013