RAKA, Dimas, Fikri, dan Bibis adalah empat sekamn. Mereka selalu bermain dan belajar bersama-sama. Mereka berempat sekolah di tempat yang sama yaitu SDN Bima Kota Cirebon, kelas V. Mereka juga punya hobi yang sama yaitu senang main bola. Suatu ketika, Raka mengajak ketiga temannya itu bermain lempar-lemparan bola. Tapi bola itu bukan bola yang biasa digunakan sehari-hari oleh mereka.
Raka menemukan bola itu di kebun belakang sekolah. Bala itu berwarna putih,tapi sangat kotor, penuh dengan cat warna merah.Selain penuh dengan cat warna merah, di bagian atas dan bawah bola ada tulisan “bocor”. Dan ternyata memang bola plastik itu sudah bocor. Tidak ragu-ragu lagi, Raka mengambil bola plastik itu dan mengajak teman-temannya bermain lempar-lemparan bola.
Sebelum dipakai, bola itu dicuci dulu oleh Raka di kamar mandi sekolah. Dengan senang hati, empat sekowan itu memainkan bola plastik itu ketika istirahat sekolah. Mereka tertam-tawa riang berebutan bola. Dengan semangat Raka melemparkan bola itu dan ternyata mengenai kepala Bibis.Tapi tiba-tiba Bibis mengaduh kesakitan sambil menangis memegang kepalanya yang berdarah. Teman-temannya kaget, kemudian mendekati Bibis sambil melihat kepala Bibis yang kesakitan.
“Kita ajak ke UKS yuk..,” kata Fikri. Kemudian mereka pergi ke UKS dan melaporkannya ke Ibu Guru. Kepala Bibis diobati dan diperban.
Sepulang sekolah. Raka kembali mengajak ketiga temannya untuk meneruskan bermain lempar-lemparan bola lagi. Mereka seperti sudah lupa dengan kejadian tadi waktu istirahat. Mereka mencari-cari bola itu dan ternyata bola itu ada, disimpan oleh Bu guru di belakang sekolah. Dengan semangat, keempat sekawan itu mengambil bolanya dan bersama-sama menuju lapangan sekolah. Setelah hampir setengah jam mereka bermain lempar-lemparan bola, Dimas menendang bola itu dan tepat mengenai lutut kaki Fikri. Fikri berteriak mengaduh kesakitan.
“Kenapa?” tanya Dimas. “Maaf, terlalu kencang ya aku menendangnya”, katanya lagi. Fikri memegang lututnya sambil terus mengaduh kesakitan.
“Lututku berdarah,” kata Fikri. Kemudian mereka menghentikan bermain bolanya dan melihat lutut Fikri yang berdarah.
“Kita pulang saja yu…, jangan dibawa ke UKS nanti dimarahi Bu Guru,” kata Raka sambil ketakutan diketahui gurunya.
“tapi kaki aku saku,” kara Fikri.
“Ya sudah ke rumahku saja, rumahku kan paling dekat dengan sekolah, nanti diobati di rumahku ya..,” kata Dimas.Akhirnya mereka berempat pulang bersama-sama menuju rumah Dimas. Di jalan, Raka melempar dan membuang bola plastik itu sambil berkata, “Dasar bola santet”
***
Oleh
RAFLI HILLAN YUFANDANI
Kelas VI
SDN Bima
Kota Cirebon
ulasan
Cerita pendek dengan topik peristiwa sehari-hari di sekolah ditulis oleh Rafli Hillan Yufandani berjudul “Bola Santet”. Judul cerpen ini seperti mengarah kepada cerita misteri atau horor sehingga tentu akan membuat penasaran membacanya Inti kisah cerpen ini adalah bola yang dipaparkan melalui tampilan empat tokoh cerita yang bermain empar-lemparan bola di sekolah. Penyajianya cukup singkat. padat. dan komunikatif. Catatan buat Rafli, cerpenmu akan lebih mengasyikkan jika suasana horornya dipertajam, misalnya dibumbui cerita santet yang menggunakan media benda-benda dalam melaksanakan penyantetan terhadap seseorang. Cerpen ini pun bisa didramatisasi sehingga mengasyikkan pembaca, misalnya Bibis dan Fikri menjadi demam setelah kena lemparan bola itu. Ok, selamat menulis cerpen lagi buat Rafli, carilah topik-topik yang lebih menarik (Kak Etti/RS)’
Pikiran Rakyar edisi 21 April 2013