Mulai hari Jum’at, tanggal 5 November 2021 Goa Gong yang terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Pacitan mulai menerima kunjungan wisatawan. Tentunya ini kabar gembira bagi wisatawan maupun pelaku usaha bidang pariwisata setelah hampir 2 tahun, Gua gong ditutup sebagai dampak merebaknya wabah virus corona.
Sebuah berkah yang luar biasa ketika secara kebetulan, acara jalan-jalan saya dan rombongan bertepatan dengan dibukanya kembali gua gong. Sebagai rombongan pertama yang masuk, kami mendapatkan sambutan yang ramah dan unik dari para petugas loket. Salah satunya acara jepret-jepret seperti di bawah ini. 🙂
Untuk masuk kawasan wisata Gua Gong, syarat utamanya adalah menjaga protokol kesehatan. Sebagaimana yang tercantum pada spanduk yang terpampang sepanjang jalan pintu masuk gua Gong, persyaratannya adalah :
- Menunjukkan bukti bahwa sudah divaksin dengan aplikasi “Peduli Lindungi”
- Memakai sarung tangan
- Memakai Masker
- Cuci Tangan sebelum masuk lokasi
- Cek suhu tubuh
- Menjaga jarak
- Kuota pengunjung dibatasi maksimal 260 orang per hari.
Bagaimana jika punya bukti sertifikat tetapi tidak punya atau tidak bisa buka aplikasi Peduli Lindungi? Oh ya, di sekitar lokasi gua Gong, sinyal operator yang bagus adalah telkomsel dan XL. Jika seluler anda diluar operator tersebut, solusinya adalah pinjam wifi dari teman :D, atau Anda bisa menggunakan hasil cetakan sertikat (hard copy) dan menunjukkan kepada petugas.
Tidak usah bingung untuk urusan sarung tangan, disekitar loket sudah ada yang jual sarung tangan karet dengan harga Rp. 5.000,- per pasangnya
Untuk tarif / tiket masuk gua Gong pada masa PPKM ini adalah
- Dewasa : Rp. 20.000,-
- Anak-anak : Rp. 5.000,-
Sebelum masuk mulut goa, pastikan anda tidak tidak berpenyakit asma karena perjalanan ke dalam gua cukup panjang dan dengan kadar oksigen yang rendah, ini tentunya membahayakan bagi pengunjung yang berpenyakit asma. Di pintu goa, tersedia jasa pemandu wisata dengan tarif Rp 30.000,- dan sewa senter Rp 5.000,-.
Ini salah satu pemandangan di jalur keluar area wisata Gua Gong. Di kanan dan kiri lorong terdapat lapak para penjual yang menawarkan berbagai macam souvenir, oleh-oleh khas Pacitan, makanan, minuman. Pagi hari di awal pembukaan Gua Gong terlihat sepi, hanya ada beberapa warung yang mulai melakukan aktivitas setelah “tidur” beberapa bulan. Kondisi yang sama terlihat di area parkir kendaraan roda empat yang berada di bagian bawah.
Di bagian gedung souvenir, baru terlihat 2 lapak penjual batu akik yang dijaga oleh lelaki tua. Ini adalah dua buah liontin yang saya beli dari pedagang. Sebenarnya saya berniat beli gantungan kunci, namun gantungan kunci yang terbuat dari kerajinan batu, belum ada. Padahal ini peluang usaha yang cukup besar untuk dikembangkan. Selama ini kerajinan batu terfokus pada cincin, liontin, tasbih dan beberapa jenis lainnya. Dengan niat membuka pintu rezeki bagi bapak-bapak penjual akik tersebut, saya beli 2 buah liontin, masing-masing beli 1 buah di lapak yang berbeda. Nanti setelah sampai dirumah tinggal dimodifikasi sedikit sehingga bisa menjadi gantungan kunci.
Bagi saya yang penduduk asli Pacitan, gua Gong memang tidak asing, namun kunjungan kali ini menyisakan kesan tersendiri. Melihat banyak kios yang terbelengkai selama berbulan-bulan, iba rasanya. Terbesit niat, kelak kalau datang lagi ke kawasan wisata seperti ini, saya akan beli makanan/minuman disini saja.