K-Blog. Kisah sukses (success story) kali ini menampilkan Ibu Hartini Darmono, sosok wanita yang dianggap sebagai pahlawan bagi warga pesisir Kota Semarang. Ketekunan, keuletan serta kepeduliananya terhadap warga sekitar, mengantarkannya menjadi pengusaha Bandeng presto yang sukses bersama bendera UD Mina Makmur. Selengkapnya tentang perjuangan beliau, silakan simak artikel berikut ini :
Hartini Darmono
Cinta Total pada Bandeng Presto
Oleh Ike Purwaningsih
Mengubah kebiasaan dan pikiran seseorang, apalagi orang banyak untuk maju dan berkembang memang tidaklah mudah. Namun, hal itu tak pernah membuat Hartini Darmono (58) berhenti dan menyerah.
Tekadnya telah bulat, ingin mengangkat derajat hidup kaum perempuan di sekitar pesisir laut Jawa, tepatnya di daerah Purwosari, Kelurahan Tambak Rejo, Kecamatan Gayam Sari, Semarang.
Inisiatifnya tersebut muncul lantaran prihatin melihat kehidupan ibu rumah tangga sekitar yang mayoritas merupakan istri nelayan dan petani tambak. Rata-rata mereka menganggur dan mengandalkan suami untuk memenuhi kebutuhan finansial. Padahal, jumlah tambak yang semakin berkurang akibat adanya abrasi dan pencemaran lingkungan membuat para petani tambak tak bisa berharap agar rupiah terus mengalir lancar.
Perempuan asal Mranggen, Demak ini berinisiasi mengumpulkan dan memberdayakan para ibu rumah tangga untuk berwirausaha dengan mengolah hasil tangkapan ikan, tentunya agar memiliki nilai jual lebih dibanding hanya menjual ikan segar biasa. Ia ingin membantu mereka agar memiliki ketrampilan khusus untuk bisa membantu mengangkat perekonomian keluarga.
Hartini mengaku butuh waktu dua tahun untuk mengajak ibu rumah tangga di sekitarnya agar mau berwiraswasta mengolah ikan. Ia gigih membujuk dan mengajak para ibu rumah tangga baik lewat PKK mau pun lainnya. Namun, niat baik rupanya tak selalu diikuti respon yang baik pula. Hanya lima orang saja yang mau bergabung dengannya untuk belajar berwirausaha. Hingga akhirnya, pada 25 Desember 1980 ia resmi mendirikan kelompok usaha bersama bernama KUB Mina Makmur dengan anggota awal sebanyak 20 orang. Pembentukan kelompok usaha bersama ini cukup lama jika dihitung dari mulai dia merintis usahanya tahun 1977.
‘’Awalnya, banyak sekali yang menolak. Mereka tidak percaya ajakan saya. Baru setelah melihat saya berhasil sedikit demi sedikit, mereka akhirnya tertarik bergabung,’’ kenang sarjana pendidikan IKIP Semarang ini.
Guna menunjang programnya, ia mendapat bantuan mulai dari pinjaman modal usaha hingga pelatihan bagi para ibu rumah tangga di wilayah itu. Sejumlah bantuan yang dia dapat antara lain berasal dari PKK, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindutrian dan Perdagangan hingga koperasi.
Dalam KUB Mina Makmur, Hartini turut aktif memberikan pelatihan pengolahan ikan, terutama ikan bandeng. Varian produk olahan ikan tersebut beraneka ragam, seperti bandeng presto, pepes bandeng presto, otak-otak bandeng, acar bandeng, siomay, tahu bakso ikan laut dan lain-lain. Tak hanya itu, ia pun mengajarkan proses pemasaran. Sekarang hasil produksi olahan bandengnya tak hanya laku dipasarkan di daerah Semarang namun sudah sampai juga ke luar Jawa.
Motivasi Tiada Henti
Hartini selalu memotivasi anggotanya untuk berpikir positif ketika akan melakukan sesuatu. ‘’Dulu, rata-rata dari mereka susah sekali untuk diajak berpikir positif. Mereka selalu beranggapan berwirausaha itu susah karena harus punya modal dan tahu strategi pemasaran. Padahal sebenarnya itu semua bakal bisa diatasi asal yakin dan gigih memperjuangkannya.’’
Kini, tak hanya ibu-ibu di daerahnya, Hartini acap diminta memberi pelatihan dan motivasi kewirausahaan terutama di bidang pengolahan bandeng, baik organisasi ataupun perseorangan. Itupun tak hanya di Semarang, juga kota-kota lain di luar Jawa. Bahkan beberapa orang dari negara tetangga, seperti Malaysia pun tertarik ”ngangsu kawruh” padanya.
Kiprahnya dalam memakmurkan warga pesisir kelurahan Tambak Rejo sangat didukung oleh keluarga. ‘’Awalnya memang sempat terjadi benturan. Tapi suami dan anak akhirnya memahami kalau apa yang saya lakukan tidak semata-mata untuk mendapat keuntungan tapi juga untuk membantu memakmurkan ibu-ibu lain. Dan mereka mendukung penuh apa yang saya lakukan,’’ tutur Hartini.
Tak ingin usahanya bersama ibu-ibu berhenti begitu saja, Hartini selalu mengajak para istri nelayan itu untuk berinovasi, mencipta variasi pengolahan dan rasa yang berbeda. Prinsipnya, selama produsen selalu berinovasi maka barang hasil produksinya akan tetap laku. Prinsip itulah yang selalu ia pegang teguh dan berusaha ia tanamkan pada anggota KUB Mina Makmur dan siapapun yang sempat magang padanya. Upayanya yang gigih untuk mewujudkan daerahnya sebagai sentra produksi bandeng pribumi bisa dibilang cukup sukses. Kini, di daerahnya terdapat 10 kelompok yang tiap kelompoknya beranggota 5-15 wanita yang mengembangkan usaha olahan bandeng secara mandiri. Sedangkan, jumlah anggota KUB Mina Makmur saat ini telah mencapai 300 orang.
Berbagai penghargaan telah mereka raih. Salah satunya penghargaan sebagai juara umum tingkat nasional dalam hal optimalisasi pemasaran hasil perikanan yang diserahkan presiden Megawati tahun 2004.
Tak Lelah Berbagi Ilmu
Oleh : Miftahun Nikmah
Kendati usia sudah tak muda lagi, Hartini Darmono masih lincah di tengah segudang kesibukan. Selain mengurus bisnis bandeng presto miliknya, Hartini juga kerap memberikan pelatihan wirausaha pada banyak orang, baik untuk istri-istri nelayan di sekitar rumahnya maupun ke berbagai pelosok negeri. Hartini yang pensiun tahun 2006 mengatakan, ia merasa beruntung telah ”menabung” kesibukan sejak sebelum pensiun. Hingga, sesudah pensiun, ia tak mengalami ‘’stroke otak’’.
‘’Saya bersyukur sudah memulai berwirausaha sebelum pensiun. Setidaknya saya ada kesibukan mengurus bisnis setelah pensiun, nggak melamun saja karena nggak ada pekerjaan dan bisa bikin stroke otak,’’ tutur dia sembari tersenyum.
Istri H Darmono (62) ini menambahkan, setelah pensiun ia justru semakin produktif dan lincah beraktifitas. ‘’Pasca pensiun, saya fokus mengurus bandeng dan memberikan pelatihan-pelatihan. Setiap hari selalu berinovasi mencari temuan produk baru. Produk tahu bakso ikan muncul setelah saya pensiun,’’ lanjut wanita yang gemar memasak ini.
Tak heran jika ibu dari Adi Wijayanto (18) ini semakin produktif pasca pensiun. Dulu, saat masih aktif menjadi pegawai negeri sipil, Hartini sudah terbiasa membagi aktivitasnya menjadi tiga, yakni pekerjaan kantor, urusan rumahtangga dan memberikan pelatihan. Ia sudah terbiasa bekerja keras dan gigih demi mencapai impian.
‘’Kali pertama saya fokus mengurus bisnis, tiga orang pegawai saya keluar, karena kaget dengan pengawasan saya. Tapi alhamdulillah justru omzet bisnis naik semenjak saya fokus di sini.’’
Kini, meski kesuksesan sudah ia raih, Hartini masih memendam impian bagi para perempuan di tanah air. Ia mendamba semua istri agar bisa turut membantu suami mencari penghasilan.
‘’Jadilah perempuan yang berwirausaha. Orang yang berwirausaha itu terbiasa kangelan, dapat penghasilan tambahan juga bermanfaat untuk tabungan keluarga,’’ imbuh dia.
Demi mewujudkan mimpinya agar para istri bisa mandiri dan turut membantu mencari penghasilan, Hartini tak lelah membagi ilmu. Baginya, hidup bermanfaat bagi orang lain jauh lebih tenteram daripada sibuk memperkaya diri sendiri.
Suara Pembaruan, 20130224