Pengusaha pelengkap busana muslim makin banyak, tingkat persaingan usaha pun kian tinggi. Kondisi itu tak membuat Erna Infitharina dan Wardhana patah semangat. Justru, semakin tinggi tingkat kompetisi, mereka semakin bersemangat memajukan usahanya menjual syal.
Pasangan pebisnis yang tinggal di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, ini yakin, bisnis fesyen yang digelutinya masih memiliki ceruk pasar. “Memang tinggi sekali tingkat kompetisi di usaha tetapi kami yakin masih ada pasar untuk produk yang kami tawarkan,” tutur Erna In?tharina kepada Warta Kota, belum lama ini.
Saat ini, mereka masih mengincar pasar menengah karena cakupan pasarnya cukup luas. Harga jual produk fesyennya pun terjangkau masyarakat. Keduanya pun belum berminat meluaskan pasar hingga ke pasar menengah atas. Alasannya, sebagai pemain bisnis online, pasar menengah atas bukan sasaran utama Erna dan Wardhana. “Biasanya, orang-orang dari kalangan menengah atas, mereka lebih senang membeli langsung dari luar negeri saat mereka ke luar negeri atau membeli di butik. Kalau untuk online, kalangan menengah atas jarang ada yang tertarik,” ujar Erna.
Tetapi bukan berarti tidak ada sama sekali kalangan menengah atas yang membeli produknya. Namun, pelanggannya itu membeli produknya bukan untuk dipakai sendiri, melainkan sebagai cendera mata atau oleh-oleh. Meski begitu, Ema dan Wardhana cukup senang karena produknya digemari masyarakat. Saat ini. mereka berencana untuk mengejar pasar luar negeri. Mereka tetap memasarkan melalui website. Pasangan ini akan menjual syal untuk negara-negara yang memiliki empat musim. “Rencananya kami akan mulai meluncurkan produk ini pertengahan tahun ini. Saat ini masih dalam persiapan,” tutur Wardhana. Target pasar luar negeri ini dibidik karena banyak pemesanan dan pertanyaan yang mampir ke website mereka untuk membeli dan menanyakan produknya.
Menurut Wardhana, ada yang membuatnya merasa geli. Alasannya, dia membeli produk China, Lalu, produk dari Negeri Tirai Bambu itu dijualnya lagi kepada masyarakat di luar negeri, seperti Malaysia, Brunai Darussalam, dan Eropa. Meski begitu, animo yang tinggi itu dinilainya sebagai peluang usaha. Mereka pun menyiapkan segala keperluan untuk pasar luar negeri.
Namun, Erna dan Wardhana belum bisa menjual produk lokal. Pasalnya, mereka belum menemukan produk lokal yang kualitasnya sesuai untuk pelanggan asing. Padahal, banyak pelanggannya yang menginginkan syal bermotif batik. Selain itu. mereka juga masih fokus dengan pemasaran barang, bukan memproduksi barang. Jika nanti kondisi pasar sudah bagus, mereka tidak menutup kemungkinan untuk memproduksi sendiri produk fesyennya.
Modal Rp 200.000
Erna dan Wardhana memulai usahanya pada tahun 2007. Ketika itu. mereka masih bekerja di tempat lain dan belum menikah. Mereka memulai dengan modal Rp. 200.000. Modal itu untuk membeli tas sebagai produk yang dipasarkannya. Selain itu, mereka juga menjual baju, kerudung, dan syal. Namun, seiring dengan perubahan tren dan fokus pada satu produk, pasangan ini memutuskan untuk memilih syal sebagai produk andalan mereka. Usahanya itu dimulai tiga tahun lalu, pada tahun 2010.
Jika ada produk lain, hanya sebagai tambahan dan bukan produk utama dalam bisnis Erna dan Wardhana. Ternyata,fokus pada satu produk membuat usaha mereka semakin berkembang. Khususnya produk syal yang diimpor dari luar negeri yang dipasarkannya. “Konsumen ternyata menyukai produk buatan luar ini dan peningkatannya terus bertambah. Terutama saat lebaran. Kami bisa menjual produk dua kali lipat dari bulan biasanya,” ujar Wardhana.
Syal yang dijual Erna dan Wardhana produksi China dan India. Biasanya, produk India ini laku keras saat penyelenggaraan haji. “Biasanya dibeli untuk oleh-oleh orang yang pulang haji. Mereka bahkan meminta cap India-nya jangan dirobek,” kata Ema yang mengatakan produk China lebih disukai karena kaya corak.
Harga jual produknya mulai dari Rp. 20.000- Rp. 90.000. Dalam sebulan, Ema dan Wardhana bisa menjual syal hingga 60-70 kodi. Omzetnya bernilai Rp. 30 juta-Rp 35 juta. Keuntungan yang diperolehnya 40 persen atau sekitar Rp 14 juta per bulan. [wik]
Erna Infitharina
Lahir : Kendal, Jawa Tengah, 2 Maret 1984
Pendidikan: S1 Ilmu Komputer IPB
Pengalaman Kerja:
– PT. Sigma Cipta Caraka (2007-2009)
– Bank Panin (2009-2010)
Nama suami: Wardhana (31)
Name Anak: Husain (2)
Telepon: 089635508581
email : ema.infitharini@gmail.com
Website: www.ameerashawl.com
FB/Twitter:ameerashawl
Sumber : Warta Kota, 24 Maret 2013