Berbagai metode bisa dipakai untuk mendeteksi apakah seseorang itu berbohong atau tidak. Untuk instasi atau institusi yang berkepentingan dengan persoalan bohong-bohongan, mungkin perlu sebuah alat khusus yang bernama Polygraph. Alat ini berfungsi untuk mengetahui berbagai reaksi tubuh ketika menjawab pertanyaan. Dari data reaksi tubuh tersebut, baru dianalisa untuk menentukan apakah dia sedang berbohong atau tidak.
Namun untuk mendeteksi kebohongan seseorang itu ternyata tidak harus menggunakan biaya yang mahal, cukup dengan memperhatikan bahasa tubuh (Body Language). Ini dia 12 langkah mendeteksi kebohongan lewat bahasa tubuh.
- Berkeringat
Bohong tanpa sadar mengakibatkan terjadinya oksidasi dalam tubuh sehingga rasa panas yang ditimbulkannya akan menghasilkan keringat. - Gagap
Jeda terlalu lama atau gagap merupakan gejala berbohong paling umum. Pastikan mereka memang tidak gagap dari kecil agar anda tidak dianggap pelaku bullying. - Melirik ke kiri
Secara konstan melirik ke kiri merupakan tanda tubuh mengaktifkan otak yang berurusan dengan soal kreatifitas dan konstruksi bahasa. Bisa jadi ini adalah tanda stroke. Segera hubungi dokter. - Kepanasan
Lihat musim apa saat ini, jika pembohong mulai kepanasan saat musim hujan, kemungkinannya cuma dua, dia sedang beraksi atau demam karena infeksi - Hidung mengembang
Cerita hidung panjang pinokio bisa jadi bermula dari sini. Orang yang berbohong tanpa sadar cuping hidungnya mengembang dabandingkan ukuran biasanya. - Galak seperti serigala
Saat terdesak, pembohong bisa main sangar seperti serigala. Berhati-hatilah - Kesesuaian waktu
Simak kesesuaian waktu saat pembohong menceritakan sesuatu. Jika pelaku seolah bisa menggunakan mesin waktu, kesimpulannya cuma dua : dia berbohong atau gila - Menghindari kontak mata, bermakna mereka menghindari kenyataan.
- Ekspresi fisik terlihat kaku, dengan beberapa gerakan lengan dan tangan.
- Waktu dan durasi dari isyarat emosional berbeda dari kecepatan normal. Tampilan emosi tertunda, lebih lama kemudian berhenti tiba-tiba.
- Ada jeda antara perkataan dengan ekspresi. Contoh, saat menerima hadiah seseorang berkata “terima kasih, saya seneng sekali” kemudian tersenyum setelah membuat pernyataan itu.
- Adanya ketidaksesuaian antara perkataan dengan ekspresi tubuh. “aku mencintaimu beib”, tapi keningnya kog mengkerut..
Sumber Referensi : Detik Sore 12 Maret 2013, www.blifaloo.com